Only the Good Died First....
Satu lagi orang baik meninggalkan kita.
Terasa sama seperti ketika Cak Munir meninggal, ada rasa kehilangan yang sangat.

(satu kenangan melintas di kepala, ketika gua diajak Rara ikut makan malam bersama Cak Nur dan kelompok aktivis mahasiswa di Hotel Santika, Bandung. Saat itu gua excited mendapatkan kesempatan duduk disampingnya dalam satu meja yang sama, dan gua diam-diam menikmati kelembutan suaranya dan ketenangannya menanggapi pertanyaan-pertanyaan para aktivis yang saat itu sudah nggak sabar mau menurunkan Gus dur dari kursi presiden...)

Selamat jalan Cak Nur.....

-o-
si Okol @ 4:35:00 PM
|

TGIF..!! (Thank's God It's Friday...!!)
huh..ini jumat ya? tgif...!!
akan ada sedikit jeda sebelum kembali bekerja,
besok mungkin bisa jalan jalan, nongkrongin TV, beresin kamar kost yang spooky itu, atau sekedar ngobrol sama Mommie Yoshie, emak baru gua disini yang asal Jepun. Dia baeeeek..sekali. Ekspat paling manis dan paham situasi disini selain Anita Kendrick.


Pagi ini shaking, gempa kecil sekitar setengah menit (jadi inget malam kemarin, si Kristin dari Uganda itu ngetok kamar gua tengah malam, panik karena ketakutan : "looks like someone's shaking my bed...!!!", dan gua sambil ngantuk berusaha menenangkan dia bahwa itu cuma gempa kecil dan sering terjadi disini, udah biasa..."but it's big for me, I'm scared..!!!, adooh, please deh, nggak pernah ada gempa di Uganda sana ya..? heuheuh, tahu nggak?, malam itu dia tidur dengan pintu yang dibiarkan terbuka lebar, katanya supaya gampang lari keluar membawa tubuhnya yang tinggi besar....).

Curhat sama Tengku Falah sepagian, soal program yang masih belepotan disana-sini,..mari tengku kita jungkir balik dulu diawal ini..tapi pastikan jungkir balik ini ke arah yang lebih baik..

And, I wanna go home, by the way...

(duuh...ternyata gua kangen rumah juga. Kangen ponakan, kangen tumis/balado terong ipar gua yang uennaak, kangen ngobrol sama dia di dapur selagi masak dan gua duduk di kursi plastik yang biasa dipake alm emak gua setiap kali kami mandikan, duluuu sekali saat dia masih ada...:(, kangen adek gua yang jarang pulang ke rumah dan jarang ngomong,
kangen kamar gua.....hiks..)

-o-
si Okol @ 12:18:00 PM
|

I'm Breathing...
I can't count the stars in the sky
or climb the mountains,
I can't even swim all the seas
But I know, absence is unfair
Nothing can replace what I missed
'Cause I'm breathing far away from you
and every second feels like thousands more without you
I'm breathing for this love to live
Believe that one day life will take me there beside you
Like the North needs the South
The wind needs the clouds
To all these reasons of life I need you
To change the wrong
To become true
and to take me to where I belong..
Breathing, Anggun.
si Okol @ 5:12:00 PM
|

Long Lasting Change or Long Lasting Dependency?
Gerakan NGO dan organisasi rakyat hingga kini masih bersemangat menolak keberadaan badan-badan keuangan dunia macam WB atau IMF yang konon malah menciptakan ketergantungan negara-negara dunia ketiga terhadap utang luar negeri, dan karenanya menciptakan kemiskinan yang berkelanjutan dan ketergantungan terhadap utang. Apa yang salah dengan mekanisme bantuan hutang luar negeri itu bagi negara-negara miskin pengutang? Disisi mana mekanisme tersebut malah menjerat negara miskin ke dalam hubungan ketergantungan? Pasti bukan issu baru, dan gua jelas bukan orang pertama yang berpikir tentang hal ini. Tapi lately, gua sedang focus pada hal lain, boleh dibilang satu kekhawatiran yang muncul dari beberapa hal yang gua lihat dan alami, dan gua duga merupakan mekanisme yang akan menciptakan ketergantungan yang mirip, disini, di Aceh pasca tsunami. First, let’s see this sentence:

In UN HABITATE, UNICEF and WORLD VISION PLAN to Save the Children, but WHO CAREs? OXFAM, CARDI, IOM, TDH, Mercy Corp and GLOBAL SINC said: We CONCERN, so we’ll give money from SAMARITAN’S PURSE to help Aceh Recovery Forum!!

Ya, kalimat diatas nggak bermakna apapun, gua cuma iseng menyusun nama-nama INGO yang saat ini sedang bekerja di Aceh menjadi sebuah kalimat. Percayalah, jumlah NGO yang ada dalam kalimat tsb masih sebagian kecil, bisa bikin kalimat lebih panjang kalo mau…. Tahukah anda, di awal-awal setelah tragedi tsunami, lebih dari 500 INGO dan NGO masuk ke Aceh? Can you imagine that? It’s a crowded!! Masing-masing membawa mottonya sendiri-sendiri, yang mencerminkan masing-masing ideologi maupun pendekatan yang dipakai. Disini, tidak hanya terjadi pameran banner dan bendera, tapi juga terjadi perang motto. Salah satunya adalah yang menginspirasi gua atas kekhawatiran ini: “with partners, create long lasting change”, have you heard that? Right, it’s from one of INGO’s, one of the biggest player here in Aceh after Tsunami. Apa yang dimaksud mereka dengan long lasting change? Gue, termasuk yang harus memahami itu karena gue disini kerja officially dengan bendera dan motto mereka. Seorang kolega senior dari Jepang yang menjadi sahabat baru gua disini menyatakan bahwa menurut pemahamannya, long lasting change itu adalah A change which last long time. Not changes or changing all the time. Bagaimana menciptakan a long lasting change yang dimaksud?, bila gua boleh membayangkan adalah sebuah proses panjang dan rumit ketika motto itu coba diterapkan disini, di Aceh yang hampir setengah masyarakatnya hancur diterjang Tsunami.

Kekhawatiran gua adalah, alih-alih menciptakan long lasting change, yang terjadi malah long lasting dependency. Kekhawatiran ini tidak hanya untuk INGO pembawa motto create long lasting change, tapi untuk semua INGO dan NGO yang bekerja untuk penyembuhan Aceh.

Mengapa gua sangat khawatir?

Terlepas dari keberadaan BRR yang sangat lamban bergerak, disini, beratus NGO, lokal maupun international berlomba mendapatkan sebanyak mungkin beneficiaries untuk program bantuan yang dibawa dan diamanatkan oleh para donor. Bermacam jurus dan strategi dipakai oleh semua INGO yang ada. Serangkaian program lengkap dengan perangkat monitoring dan variabel yang menjadi indikator u mengukur capaian program telah disiapkan. Namun celakanya, indicator yang menjadi ukuran keberhasilan program hingga hari ini melulu dilihat dari berapa jumlah duit yang tersalur, berapa jumlah desa, jumlah beneficiaries. Ada pemahaman di tingkat operasional program di bawah bahwa mereka sedang dipacu untuk sebanyak mungkin menghabiskan dana yang ada, apapun caranya. Semuanya mengejar angka. Jangan heran bila cara yang dilakukan pun masih sebatas program charity, program yang berlandaskan belas kasihan. Hit and run. Semua NGO di-push untuk segera menghabiskan dana, yang akan jadi masalah bila diakhir program ternyata mereka underspent. Semua NGO berlomba menjadi lembaga yang kredibel dalam arti mampu menghabiskan dana untuk program, padahal dana itu belum tentu sampai ke beneficiaries yang berhak, dan bisa jadi berceceran dimana-mana sepanjang jalan Karena kantongnya bocor digerogotin tikus-tikus lapar yang suka duit…

Upaya pengembalian livelihood korban tsunami misalnya sebagian besar dilakukan dalam bentuk grant, untuk penggantian boat, atau asset kerja lain. Sebagian kecil dalam bentuk mixed grant loan, dengan tujuan untuk menumbuhkan rasa tanggungjawab bahwa modal yang diberikan harus dikembalikan. Sedikit INGO yang memberikan bantuan dengan kesadaran ini, bahwa jangan sampai bantuan yang diberikan malah mematikan potensi yang sudah ada di masyarakat itu sendiri, potensi untuk kembali bangkit (yang, somehow, gua yakin potensi itu tetap ada di masyarakat, potensi untuk mampu menyelesaikan sendiri setiap persoalan yang muncul di masyarakat..). Sebagian besar masih memakai cara gampang dengan memberi ikan, bukan kail. Sebuah program intervensi yang disusun dengan kesadaran ini pun belum tentu diterjemahkan demikian oleh para tenaga lapangan. Teori dengan praktek malah bisa jadi jauh panggang dari api dan membuahkan dampak yang berbeda dengan tujuan awal, karena tenaga lapangan yang sok pinter dan merasa lebih tahu dari pada korban tsunami tentang kondisi mereka sendiri. Intervensi pemberian ikan kepada masyarakat yang lapar memberikan penguatan terhadap pembentukan mental victim yang sedang di“timang-timang” dunia international, perilaku aji mumpung dan ingin mendapatkan sebanyak-banyaknya bantuan telah tumbuh pada sebagian masyarakat korban tsunami. Telah tumbuh juga pada sebagian Ngo lokal yang mengaku ingin berpartner untuk menolong korban tsunami. Gua pernah menerima sebuah proposal dari sebuah Ngo lokal yang mengaku melakukan pendampingan kelompok ibu-ibu korban tsunami untuk membuat usaha catering, mereka berjumlah 40 orang, dan tahukah anda berapa budget yang mereka minta dalam proposal ? 2,5 Milyar !! It’s insane!! Duasetengahmilyarrupiah hanya untuk 40 orang beneficiaries yang mau buat usaha katering!! Gua tidak merasa perlu memeriksa proposal itu lebih lanjut sebelum membuangnya ke tempat sampah!.

Di sisi lain, rekonstruksi Aceh membuka lapangan pekerjaan untuk berbagai kelas pekerja, dari yang paling rendah hingga level top managerial. Semua INGO memasang iklan lowongan pekerjaan, mulai di Koran lokal sampe internet. Persaingan rekruitmen berjalan kencang dengan iming-iming gaji yang lebih tinggi. Expatriate yang bekerja untuk lembaga-lembaga asing yang belum tentu expert dan paham situasi Aceh datang silih berganti. Sebagian hanya ingin menambah panjangnya daftar pengalaman kerja dalam CV mereka. Turn over yang tinggi para expatriate cenderung memperlambat penanganan Aceh. Capacity building tidak terbangun dengan kontinyu, disini, karena pergantian orang bisa jadi perubahan program yang kadang harus dimulai lagi dari nol. Belum lagi expat yang sok expert, yang berpikir hanya merekalah yang harus jadi expert, tidak ada semangat untuk mendorong meningkatkan kapasitas orang lokal.

Aceh setelah Tsunami, ibarat keluar dari mulut buaya masuk mulut harimau, Seorang teman malah pernah bilang: It’s just another DOM for Aceh. . Lingkaran ketergantungan sudah mulai terbentuk diantara INGO, NGO’s dan korban tsunami. So, is it a lasting change or a lasting dependency? What do you think?

Dalam situasi yang sedang berkembang seperti saat ini di Aceh, gua sangat menghargai orang-orang, expat maupun lokal, yang mau bekerja dengan hati nurani, untuk Aceh. Bagaimanapun gua percaya mereka ada disini, dan semoga kekhawatiran gua hanya tinggal kekhawatiran semata. Keep up the good work guys!!

(anggap saja ini omelan gua tentang situasi di Aceh, semua hanya opini, based on my own experiences and observation, dan menjadi tanggung jawab gua pribadi…)
si Okol @ 1:45:00 PM
|

What do You Think about Peace Deal...?
"What do you think about peace deal..?"
seorang anggota team AMM (Aceh Monitoring Mission) bertanya ketika gua ikut larut dalam ribuan orang yang mengikuti detik-detik penandatanganan perjanjian damai RI dan GAM, di Mesjid Baiturrahman, Banda Aceh. Dengan nada lugas gua bilang gua nggak yakin peace deal ini akan menghentikan konflik di Aceh. Dengan gaya pengamat politik amatiran yang sok tahu gua jelaskan kenapa gua nggak yakin, pertama, terlalu banyak kepentingan para free riders dalam konflik Aceh. Sebutlah salah duanya : bisnis perdagangan senjata dan ajang promosi naik pangkatnya para perwira militer. Alasan lain: Helsinki itu jauh dengan Bireun, hahaha...jadi apa yang terjadi di Helsinki rupanyanya tidak ada hubungannya dengan baku tembak di sebuah desa Simpang Mamplam di Bireuen dua minggu lalu, atau ancaman-ancaman dari gerombolan sipil bersenjata terhadap para Keuchik di desa-desa di Lhokseumawe sana yang terjadi akhir-akhir ini.
Tapi gua, dengan sepenuh hati berdoa semoga keyakinan gua itu salah...
si Okol @ 5:32:00 PM
|

Living Lab itu bernama Aceh pasca Tsunami
Akan menjadi apakah Aceh dalam kira-kira lima tahun ke depan..?

Kau berjalan-jalanlah berkeliling di Ulee Lheue, wilayah Banda Aceh yang paling parah dihantam tsunami. Sampai kini masih rata, sejauh mata memandang hanya padang kosong yang berujung di horizon berupa laut yang berbatas langit. Kita hanya bisa membayangkan disana pernah berdiri perumahan padat, tempat masyarakat menjalani kehidupannya. Setiap kali gua kesana, menatap dataran kosong itu, gua membayangkan sebuah tatanan kehidupan manusia yang telah musnah. Bagi korban yang tewas, selesailah kehidupan mereka. Nama mereka akan tercatat dalam kenangan orang-orang terkasih, keluarga, orang tua, anak, kakak, adik, kerabat, sahabat, Tapi bagi korban yang masih hidup, persoalan masih terus berlanjut. Kehilangan anggota keluarga, rumah, harta benda, dan mata pencaharian. Menyisakan kehilangan yang pedih dan trauma.

Dan bagi orang-orang yang bekerja untuk recovery dan rekonstruski Aceh, betapa rumitnya persoalan rekonstruksi Aceh pasca tsunami, ada serangkaian pekerjaan berat yang harus dilakukan untuk mengembalikan sebuah tatanan kehidupan manusia. Persoalan infrastrusktur, persoalan pemilikan lahan dan sertifkasinya, persoalan pengembalian matapencahariannya, pengembalian rumah-rumah tempat mereka bernaung. Gua yang awam masih tidak habis pikir, dari mana harus dimulai rekonstruksi itu ? Membangun kembali sebuah tatanan kehidupan manusia dalam imajinasiku adalah melibatkan banyak resources, banyak ahli dari berbagai disiplin ilmu yang akan bekerjasama membuat sebuah perencanaan dan melaksanakan rencana itu. Gua juga membayangkan, betapa lama waktu yang diperlukan untuk mewujudkan kembali tatanan kehidupan itu. Maka, dalam perkiraanku, Aceh dalam lima tahun ke depan adalah sebuah laboratorium hidup bagi para ilmuwan dan ahli dari berbagai disiplin ilmu. Name one!, planologi, antropologi, sosiologi, ekonomi, hukum, administrasi kependudukan, kesehatan, lingkungan, ........

Dan, btw, sampai kapan mereka yang tinggal di tenda dan barak-barak itu akan berada disana? Hampir tujuh bulan berlalu sejak tsunami terjadi, perubahan yang berarti masih sangat sedikit. Masih jauh dari perkembangan fasilitas yang dipakai oleh setiap institusi local maupun international yang katanya mengemban missi untuk menyembuhkan Aceh. Banyak IDP’s yang masih tinggal di tenda-tenda dan barak. Bayangkanlah bagaimana saat hujan deras turun disini, ya, areal dimana tenda-tenda itu berdiri akan kebanjiran. Bayangkanlah saat supply air di barak itu makin berkurang…air segayung jadi terasa sangat berharga…

Sementara proses pembangunan kembali rumah-rumah mereka terhadang kendala blue-print yang nggak juga kelar, dan kelangkaan bahan bangunan, khususnya kayu yang tidak bisa didapat secara mudah. Para aktivis lingkungan yang berjuang untuk melawan pembalakan liar dengan ketat mengawasi asal muasal dan penggunaan kayu ini. Seorang aktivis dari sebuah INGO pernah memunculkan ide yang menurut mereka sangat efisien karena bisa mempercepat pembangunan rumah untuk korban tsunami, yakni mengimport komponen rumah jadi dari amerika yang bisa dibangun dengan system knock-down, tapi rencana itu tidak jadi dilaksanakan karena rakyat Aceh korban tsunami butuh lapangan pekerjaan yang tersedia dari pembangunan rumah tersebut. Itu baru soal pengadaan rumah, belum lagi untuk bahan pembuatan ribuan perahu bagi para nelayan yang hilang mata pencahariannya karena perahunya hilang atau hancur karena tsunami.

Bahwa ada banyak aspek yang harus dipertimbangkan secara simultan sebelum menjalankan suatu program bantuan disini, menjadi tantangan tersendiri untuk dipikirkan dan dilakukan. Kadang bikin frustrasi dan sangat melelahkan, tapi gua percaya kita bisa memulainya dari hal yang paling sederhana dan yang paling mungkin kita lakukan (dengan tetap mempertimbangkan eksesnya terhadap lingkungan fisik dan sosial manusia).
So, anda tertarik untuk ikut serta bekerja disini, di dalam lab hidup itu?
Datanglah, dengan hati nurani.
si Okol @ 9:17:00 AM
|

What A Morning Spirits.....
07:58:34

Just got a message this morning:

hi, how ru 2day?
hope ur doimg fine.
m thnkn about u lately...

(m ok, baby...
still hang on with the thought that you, somewhere out there,
keep thinkin about me....)
si Okol @ 8:29:00 AM
|

It's all about your mind?
Minggu ini gua lagi sendirian di Guest house, anak-anak yang lain lagi training di Medan, si Ucok lagi pulang kampung. Gua merinding mulu di GH, si mbak yang halus penunggu GH (berwujud perempuan memakai baju putih, berambut panjang sebahu, dia berjalan melewatiku, dari kamar mandi menuju dapur dan tidak keluar lagi dari dapur.....) setelah show off ke gua minggu lalu, seakan mengamati terus dimanapun gua berada. jadi hari minggu ini gua ngantor juga, males bersepi-sepi di gh, takut disapa lagi sama si mbak itu, padahal biasanya gua manteng di depan tv, dari satu film ke film yang lain di HBO.

Itu pengalaman pertama gua ditemui "the Other'. Agak trauma jadinya, ditambah kemaren di Sabang gua tinggal di bungalow sepi pinggir pantai di Gapang, terus mati lampu, that's the worst night ever, gara-gara si Dinda jailun, gua sms dia, maksud hati nyari temen biar gak takut, eh dia malah kurang ajar, dia nelpon dan bilang : "tahu nggak, korban tsunami yang nggak ketemu itu ternyata banyak yang nyangkut di gapang, teh...., awas lho ada potongan jempol...bayangan apa tuh di kaca?..." ugh, langsung gua putus telponnya, Setan bener ya tu anak? sumpah gua semaleman itu nggak bisa tidur dan nggak bisa bergerak karena takut...padahal gua kebelet pengen pipis, heuheuuu, pengen nangis rasanya,...gua takut ke kamar mandi karena baknya gede banget, bisa berenang, gua serem melihat airnya karena ngebayangin tiba-tiba ada jempol ngambang.....hiiii.....
Gua tahu, yang namanya takut itu pasti dibikin sendiri..it's all about your mind....tapi heuheuu...I have to admit, gua ternyata penakut....(ketawa deh loe Din..)
si Okol @ 9:38:00 AM
|

Pesan Seorang Aktivis Perempuan
Feminis itu, Ratna Batara Munti, menuliskan pesan untukku di halaman pertama buku yang ditulisnya:


"Nikmati tubuhmu, seksualitasmu,
bebaskan dari setiap kontrol di luar dirimu.
Inilah inti dari kebebasan sejati perempuan..
Selamat membaca..."

(hhmm......)
si Okol @ 5:20:00 PM
|

Far away so close....
22 July 05,
18:10:13
-Hi,how ru? hows ur leg, still hurt? :)

+M Ok.m enjoying visiting idp's in barrack. Still hurt, tp gw bw cream penahan sakit. I'll be ok. Aku ke bdg week end besok.

18:34:26
-Geez, i'll still be here in d field by d end of dis month :( our schedule will end on augt 13, hey gimana kalo kita ktmu di yogya, ak3 mau piknik tgl 17-19 augt

+Rame2?. Ogah, ah!

4 Augt 2005,
18:01:57
-How ru? lg ngapain? lg di jkt? mu.

+M fine. Br kemaren nyampe lagi di banda.Week end kmr di bdg. mu, too.

18:16:17
-ya ampun udah di banda lg, kok nggak nunggu aku? kpn ke bdg lg? :)

+Aku cuma cuti 2 hr, bnyk kerjaan, nggak enak sm team gw disini. Mau ada evaluasi.

18:58:27
-dnt work too hard, ok.

+we have to work hard here. Just come here smtms, i'll show you around.

-the end of connection-
si Okol @ 1:10:00 AM
|

Books.....!!!
Ini dari Dinda:

Total number of books owned:
Nggak jelas, kalo dikumpulin bisa jadi jumlahnya ratusan, mostly beli, beberapa dikasih temen-temen. Sekarang nyusut banyak karena dipinjem. Kadang nyesel minjemin, karena banyak yang nggak balik lagi (atau mereka yang minjem baik banget, mau nyimpenin buku gua di rumahnya?). Tapi gua nggak kapok-kapok minjemin, karena gua suka berbagi excitement saat nemu dan baca buku yang menarik (means : meninggalkan kesan mendalam, bikin gua terus berpikir tentang isi buku itu, kontemplasi, bikin gua berefleksi dengan kehidupan itu sendiri…cie…gaya..!), so, jadinya gua juga suka sekali meminjamkan atau memberikan buku sebagai hadiah, bisa kapan aja, nggak perlu ada moment. Tempat gua beli buku juga macem-macem, mulai dari penjual buku bekas pinggir jalan di Cikapundung sampe pasar buku bekas di Den Haag. Dari toko buku kecil dipojokan Tim atau pasar buku Palasari di Bandung sampe QB.

Buku yang gua beli kebanyakan yang berkaitan dengan profesi dan background gua sebagai antropolog yang jadi peneliti isu-isu perburuhan, tapi ada juga yang nggak berkaitan. Mulai dari buku-buku ‘berbau’ antropologi dan perburuhan, mulai dari pengantar-nya Kuntjaraningrat,Haviland dan Keesing, sampe fiksi Almost Adam, mulai dari metodologi riset sampe buku-buku hasil riset. Ada buku-buku sejarah, yang konvensional sampe yang alternatif macam Oral history, mulai dari Sejarah Perkeretaapian di Indonesia, Sejarah Telekomunikasi yang 5 jilid itu, sampe Labyrinth of Memory, dan Sisi Balik Senyap/The Other Side of Silence, dua yang terakhir ini dikenalkan oleh Ratna Saptari, mentor gua di research, saat itu gua masih jadi peneliti di Akatiga, Bandung, gua sedang riset sejarah politik perburuhan di Majalaya tahun 1955-1998. Btw, keterlibatan gua di komunitas oral history ini memberikan pengalaman dan pengetahuan yang sangat penting buat gua. Gua jadi memahami dahsyatnya sejarah lisan ketika menjadi bagian dari sebuah gerakan sosial untuk mengcounter sejarah formal yang disusun oleh suatu rejim penguasa untuk melanggengkan kekuasaannya, yang dilakukan dengan cara meng-edit fakta sejarah, atau “membelok-belokkan” fakta agar sesuai dengan tujuan itu, itu lho seperti sejarah G30S/PKI versi orde baru yang dilakukan Soeharto konon melalui tangan-tangan Nugroho Notosusanto (who else..?).

Gua juga punya biografi/atau kumpulan diary-nya Ahmad Wahib (yang paling gua inget dari buku ini adalah satu kalimat yang dia tulis : kalau aku baca buku-buku antropologi, aku jadi merasa tidak wajib menjalankan shalat lima waktu…-heheheh..dan gua setuju..-.) dan Catatan Seorang Demonstran, diary-nya Soe Hok Gie (gua beli waktu kuliah di Antro, karena saat itu lagi ngetrend, hampir semua anak antro dan para pencinta alam baca itu buku, biar nggak ketinggalan, hehe..eh sekarang trend lagi yak gara-gara dibikin film…..).

Buku fiksi gua juga lumayan banyak, yang lokal dan yang import, yang klasik sampe yang terkini, ada Perempuan dari Roma-nya Alberto Moravia, Tetralogi-nya Pram (Bumi Manusia gua baca dari koleksi bapak gua saat gua masih SMP, tahun 1982 kira-kira, sebelum ditarik dari peredaran sama orde baru...waa...si Dinda dan si Tiot baru belajar merangkak tuh...), Ronggeng Dukuh Paruk-nya Ahmad Tohari, terus ada yang tentang mafioso kayak The Godfather, The Italian, atau drama seperti The Reminds of the Day. Ada juga koleksi Pippilota Si kaus kaki Panjang, dan Drakula Cilik yang sekarang sudah kuwariskan sama ponakan-ponakan. Buku-buku gua sebagian dioleh-olehin temen atau hadiah ultah. Seperti koleksi Paulo Cuelho yang gua punya kebanyakan dibawain Sofwan dari Phil (ada yang sempet dibajak si Tiot, jadi nggak sempet nyampe ke tangan gue, karena Sofwan pasti nggak tahan dgn rayuan anak kecil itu..) Satu gua beli di Ghent, Eleven Minutes (itu buku dan yang lainnya sekarang lagi beredar dari temen ke temen, gua udah kesulitan melacak keberadaan itu buku, jadi dari sekarang gua sudah merelakan kalo ternyata nggak kembali, seperti yang sudah-sudah….). Gua juga punya koleksi serial petualangannya Dr. Karl May, lengkap, yang membuat gua pernah mencoba membayangkan dan mereka-reka sosok Old Shatterhand dan Winnetou. Ada beberapa novel yang gua selalu inget sampe sekarang karena berkesan banget, antara lain The Bridges of Madison County, Senopati Pamungkas karangan Arswendo (pertama baca dari majalah Hai versi lama yang masih sangat menarik,terus baca lagi dipinjemin Nurul,sampe akhirnya gua beli lagi yang versi hardcover yang tebel banget itu), lalu ada dwiloginya Marga T., Gema Sebuah Hati dan Setangkai Edelweiss (sumpah, cuma dua buku itu yang gua suka dari Marga T, yang kesini-sininya nggak suka). Ada juga kumpulan puisi, dari kumpulan puisi anak-anak komunitas apa gitu di Jogya, Sapardi, sampai WB. Yeats.
Ada juga buku pinjeman yang gua baca, salah satunya The Unbearable Lightness of Being-nya Milan Kundera, dikomporin si Tiot,(udah gua balikin ya Tiot!!).

The last book I bought:
-Contact, Carl Sagan, beli hari Senen, di Aksara PI. Gua udah pernah baca versi terjemahannya tapi gua pinjemin ke temen (siapa ya..? lupa gua..) dan sampe sekarang belum kembali.
-Demokrasi Keintiman, Seksualitas di Era Global, beli hari Selasa, beli langsung ke kantor LBH Apik, yang nulis direkturnya sekarang, seorang temen yang jadi aktivis perempuan, Ratna Batara Munti. Buku ini menarik, tentang perubahan pemahaman terhadap seksualitas dalam konteks globalisasi, dimana orang mulai keluar dari tradisi-tradisi lama dan masuk ke masa post-dogmatik seksualitas yang lebih ekspresif.
-One Hundred Years Of Solitude, Gabriel Garcia Marques, beli kemaren pagi di Periplus bandara cengkareng waktu mau balik ke Aceh. Gua beli buku ini mengingatkan gua sama Sofwan, dia pernah cerita tentang buku ini dan katanya buku ini bagus.

Book reading right now:
-Reading Lolita in Tehran, ni buku gua bawa-bawa kemana-mana, sampe lecek, belum tamat juga.
-Democratizing Development, The Role of Voluntary Organization, John Clark, ini dibekelin Ade Pinky untuk membantu gua memahami konteks dimana gua kerja sekarang. Pas banget.
-Essential Ethnographic Method, Schensul, Schensul and Le Compte. Ni buku baru dapet ngopi dari Bang Tito, sesama anthro-freak.

Five books that mean a lot to me:
-Living, Loving and Learning, Leo Buscaglia Ph.D. Ini buku suci gua, banyak mempengaruhi dan membentuk karakter gua sekarang.
-The Other Side of Silence, by Urvashi Butalia. Ini buku hasil riset dgn metoda sejarah lisan, tentang kisah-kisah kesaksian pelaku sejarah dalam proses pemisahan Pakistan dari India karena pertentangan politik dan agama. Buku ini bercerita tentang sebuah proses sosial politik yang dahsyat, tentang bagaimana orang-orang muslim di India harus pindah ke Pakistan dan orang-orang Hindu yang ada di Pakistan harus pindah ke India, bagaimana keluarga harus terpisah dari kerabat, tetangga dan sahabat menjadi musuh karena perbedaan sentimen agama, dan ini membekas dalam di benak gua, sampe gua mimpi berada dalam situasi saat itu dan harus menyelamatkan seorang gadis kecil yang sedang dikejar oleh seorang laki-laki dari kaum sikh. Anak kecil tadi tercecer dari keluarganya yang berasal dari golongan muslim yang harus pindah ke Pakistan, karena bila tidak mereka harus pindah agama. Gua berlari dengan anak tadi menyusuri lorong-lorong kumuh diantara rumah-rumah penduduk, situasi saat itu chaos, saling bunuh, culik dan saling perkosa terjadi dengan nyata. Nightmare banget deh. Segitunya yak..?
-The Little Prince, Exupery, Buku ini inspiring banget, gua sampe punya 4 versi dari tahun dan penerbitan yang berbeda, satu dalam versi B. Inggris, hadiah dari Chng Nai Rui, cina singapur yang pernah kesasar ke Akatiga..
-The Bridges of Madison County. Robert James Waller. Pertama baca dikomporin Si Nina, jaman masih di Akatiga, heuheu..dia sukses meracuni gua sampe gua obsessed sama tokohnya yang bernama Robert Kincaid, seorang fotografer dari Bellingham, yang traveling kemana-mana dengan "Harry"-nya. Sekarang gua punya dalam dua versi bahasa. Buku ini juga inspiring banget, tentang “extra marital true love”, yang indah dan touchy banget, gua sampe nangis bacanya. Dan gua merasa tidak sendirian dengan “kecengengan” gua ketika gua ketemu si Adek Pinky yang somehow gua rasa dia mengapresiasi buku itu dengan cara yang sama dengan Nina ketika dia mulai ngomporin gua. Sampe gua ketularan suka ngomporin orang untuk baca buku ini, salah satu korban gua ya si Dinda itu, hahaha….
-The English Patient, Minghela, karena gua nonton filmnya sampe lima kali!. Ini juga tentang extra-marital true love, tentang perselingkuhan dan forbidden love yang indah dan mengharukan. There is no boundaries in love, dan gua setuju.
- Contact, Carl Sagan, Ada satu kalimat yang gua suka di buku itu yang dipakai Eli (tokoh utama di buku ini) waktu harus mutusin cowok-cowoknya: Ada banyak episode indah yang bisa dikenang, yang lebih indah dari keseluruhan kisahnya. Gua pake tuh kalimat saat mutusin pergi dari dua laki-laki yang nggak seberapa ituh heuheuheuhh….
(eh, ini kelebihan satu ya..?)

Five people to whom become the next victims:
Tiot, Sofwan, Nurul, Keukeu , Buyung
si Okol @ 7:57:00 PM
|



Tentang saya

Saya, yang senang berbagi cerita apa saja tentang hidup, yang penting maupun nggak penting

Jeprat-jepret

jalanjalan

www.flickr.com
This is a Flickr badge showing public photos from anarita_atirana. Make your own badge here.

Apa.??


Weblog Commenting and Trackback by HaloScan.com

Sampai hari ini

  • Deep sea shark oil fans club a.k.a Ritual Kelompok...
  • Satu sore bersama Carmelita..
  • I Had a Wonderful Time....
  • Dia Sahabat Hati.
  • Waktu Terasa Lamban di Keheningan Sungai Digoel
  • Yosepha Alomang
  • Mission Accomplished.
  • Menjemput Dry Gin...
  • Mancing...
  • Dewi Anumby, 19 tahun saja.
  • Arsip

  • December 2004
  • January 2005
  • February 2005
  • March 2005
  • April 2005
  • May 2005
  • June 2005
  • July 2005
  • August 2005
  • September 2005
  • November 2005
  • December 2005
  • January 2006
  • February 2006
  • March 2006
  • April 2006
  • May 2006
  • June 2006
  • July 2006
  • September 2006
  • November 2006
  • December 2006
  • January 2007
  • February 2007
  • March 2007
  • April 2007
  • May 2007
  • June 2007
  • July 2007
  • August 2007
  • September 2007
  • September 2008
  • copyright © 2006 okol,all rights reserved • designed by okke • image from gettyimages • powered by blogger