![]() |
|
Living Lab itu bernama Aceh pasca Tsunami
Akan menjadi apakah Aceh dalam kira-kira lima tahun ke depan..? Kau berjalan-jalanlah berkeliling di Ulee Lheue, wilayah Banda Aceh yang paling parah dihantam tsunami. Sampai kini masih rata, sejauh mata memandang hanya padang kosong yang berujung di horizon berupa laut yang berbatas langit. Kita hanya bisa membayangkan disana pernah berdiri perumahan padat, tempat masyarakat menjalani kehidupannya. Setiap kali gua kesana, menatap dataran kosong itu, gua membayangkan sebuah tatanan kehidupan manusia yang telah musnah. Bagi korban yang tewas, selesailah kehidupan mereka. Nama mereka akan tercatat dalam kenangan orang-orang terkasih, keluarga, orang tua, anak, kakak, adik, kerabat, sahabat, Tapi bagi korban yang masih hidup, persoalan masih terus berlanjut. Kehilangan anggota keluarga, rumah, harta benda, dan mata pencaharian. Menyisakan kehilangan yang pedih dan trauma. Dan bagi orang-orang yang bekerja untuk recovery dan rekonstruski Aceh, betapa rumitnya persoalan rekonstruksi Aceh pasca tsunami, ada serangkaian pekerjaan berat yang harus dilakukan untuk mengembalikan sebuah tatanan kehidupan manusia. Persoalan infrastrusktur, persoalan pemilikan lahan dan sertifkasinya, persoalan pengembalian matapencahariannya, pengembalian rumah-rumah tempat mereka bernaung. Gua yang awam masih tidak habis pikir, dari mana harus dimulai rekonstruksi itu ? Membangun kembali sebuah tatanan kehidupan manusia dalam imajinasiku adalah melibatkan banyak resources, banyak ahli dari berbagai disiplin ilmu yang akan bekerjasama membuat sebuah perencanaan dan melaksanakan rencana itu. Gua juga membayangkan, betapa lama waktu yang diperlukan untuk mewujudkan kembali tatanan kehidupan itu. Maka, dalam perkiraanku, Aceh dalam lima tahun ke depan adalah sebuah laboratorium hidup bagi para ilmuwan dan ahli dari berbagai disiplin ilmu. Name one!, planologi, antropologi, sosiologi, ekonomi, hukum, administrasi kependudukan, kesehatan, lingkungan, ........ Dan, btw, sampai kapan mereka yang tinggal di tenda dan barak-barak itu akan berada disana? Hampir tujuh bulan berlalu sejak tsunami terjadi, perubahan yang berarti masih sangat sedikit. Masih jauh dari perkembangan fasilitas yang dipakai oleh setiap institusi local maupun international yang katanya mengemban missi untuk menyembuhkan Aceh. Banyak IDP’s yang masih tinggal di tenda-tenda dan barak. Bayangkanlah bagaimana saat hujan deras turun disini, ya, areal dimana tenda-tenda itu berdiri akan kebanjiran. Bayangkanlah saat supply air di barak itu makin berkurang…air segayung jadi terasa sangat berharga… Sementara proses pembangunan kembali rumah-rumah mereka terhadang kendala blue-print yang nggak juga kelar, dan kelangkaan bahan bangunan, khususnya kayu yang tidak bisa didapat secara mudah. Para aktivis lingkungan yang berjuang untuk melawan pembalakan liar dengan ketat mengawasi asal muasal dan penggunaan kayu ini. Seorang aktivis dari sebuah INGO pernah memunculkan ide yang menurut mereka sangat efisien karena bisa mempercepat pembangunan rumah untuk korban tsunami, yakni mengimport komponen rumah jadi dari amerika yang bisa dibangun dengan system knock-down, tapi rencana itu tidak jadi dilaksanakan karena rakyat Aceh korban tsunami butuh lapangan pekerjaan yang tersedia dari pembangunan rumah tersebut. Itu baru soal pengadaan rumah, belum lagi untuk bahan pembuatan ribuan perahu bagi para nelayan yang hilang mata pencahariannya karena perahunya hilang atau hancur karena tsunami. Bahwa ada banyak aspek yang harus dipertimbangkan secara simultan sebelum menjalankan suatu program bantuan disini, menjadi tantangan tersendiri untuk dipikirkan dan dilakukan. Kadang bikin frustrasi dan sangat melelahkan, tapi gua percaya kita bisa memulainya dari hal yang paling sederhana dan yang paling mungkin kita lakukan (dengan tetap mempertimbangkan eksesnya terhadap lingkungan fisik dan sosial manusia). So, anda tertarik untuk ikut serta bekerja disini, di dalam lab hidup itu? Datanglah, dengan hati nurani. si Okol @ 9:17:00 AM
|
|
Saya, yang senang berbagi cerita apa saja tentang hidup, yang penting maupun nggak penting |
copyright © 2006 okol,all rights reserved
• designed by okke
• image from gettyimages
• powered by blogger |